Sabtu, 15 Desember 2012

Shooting dengan Kamera Handheld


Shooting dengan Kamera Handheld


Gambar yang shaking atau goyang tidak karu-karuan,  alih-alih bisa dinikmati dengan baik, penonton akan pusing melihat gambar atau serangkain shot yang tidak stabil. Begitulah kerap terjadi ketika kita melihat liputan cameraman berita di lapangan. Tidak hanya terjadi pada acara berita televisi, demikian juga pada acara musik. Kenapa hal ini bisa terjadi?

Di tangan kameraman profesional, handheld (handholding) atau mengoperasikan kamera dengan menggunakan tangan sebagi tumpuan, efek ini mungkin akan terlihat bagus namun ketikan dilakukan oleh kameraman pemula terutama ketika melakukan zooming, pan dan tilt maka justru akan memperliahatkan keamatiran dari kameraman tersebut dan gambar akan menjemukan bagi audiens. Hand-held merupakan tehnik menggunakan kamera tanpa menggunkan mounting seperti tripod atau monopod. Tehnik ini menggunakan kedua tangan sebagai bantuan dalam mengoperasikan kamera. Tehnik ini memungkinkan untuk mengurangi/mereduce goyangan atau shake.Gambar di bawah merupakan contoh cara menggunakan kamera tanpa bantuan tripod. Denga cara ini diharapkan pengambilan gambar akan lebih stabil walaupun pengambilan gambar dilakukan dalam waktu yang lama.

Beragam Cara

  1. Menggunakan ke dua tangan untuk menahan kamera
  2. Posisi kameraman sambil duduk, menggunakan lutut sebagai penahan tangan
  3. Lutut kaki kiri menahan di lantai/tanah, tehnik ini dinamakan kneeling.
  4. Pengambilan gambar dengan cara kamera dipanggul sambil tiarap

Pada gambar satu merupakan cara pengambilan gambar dengan tehnik handheld secara umum. Akan tetapi sebetulnya ini merupakan cara yang paling sulit. Tidak ada bantuan untuk tumpuan sama sekali, cameraman hanya mengandalkan tubuh saja terutama kedua tangan. Yang mesi diperhatikan ketika mengambil gambar dengan posisi ini adalah posisi kaki. Posisi kaki kanan biasanya lebih depan sedikit, kira-kira 20 cm lebih depan dari kaki kiri. Maksudnya untuk menjaga kestabilan tertuama ketika cameramen melakukan pengambilan gambar pada waktu yang lebih lama.

Handheld dengan cara berdiri merupakan cara paling umum, camareman bisa bergerak bebas untuk mengikuti subyek yang bergerak. Namun jika subyek yang kita ambil gambarnya merupakan subyek yang tak bergerak, maka cameraman bisa melakukan pengambilan gambar seperti pada gambar dua. Posisi duduk merupakan posisi paling nyaman dalam pengambilan gambar dengan syarat  subyek yang kita ambil gambarnya tidak terhalang oleh benda lain. Kedua lutut menahan kedua tangan, dengan demikian kamera akan tertahan dengan seimbang. Kelamahahan melakukan handheld deperti ini, cameraman tidak bisa leluasa jika subyek bergerak bebas keluar dari frame lensa kamera.

Tehnik handheld pada gambar ketiga, menggunakan salah satu lutut untuk menahan beban, pada sebagian orang tehnik yang disebut juga sebagai kneeling ini  agak sulit. Ini seperti perpaduan antara cara handheld pertama dan kedua. Pada tehnik ini cameraman tidak akan kesulitan jika tiba-tiba ia hendak berdiri untuk mengubah posisi.

Seperti pada gambar empat, cameraman melakukan pengambilan gambar seperti seorang tentara yang tiarap siaga dengan senjata api. Tehnik handheld seperti ini nyaman teruatama untuk pengambilan gambar secara candid atau tersembunyi. Dengan handheld seperti ini juga cocok untuk liputan perang misalnya. Dua siku tangan berfungsi sebagai penyangga kamera, dengan demikian pengambilan gambar akan tetap stabil.



6. Posisi punggung kameraman sambil menyender pada dinding.
7. Menggunakan ke dua siku tangan sebagai penahan
8. Kamerman menyenderkan salah satu sisi badan pada tembok sebagai penahan
9. Kaki kanan atau kiri di atas  step atau tangga yang lebih tinggi dari posisi kaki lainnya.
10. Mengggunakan tiang sebagai alat bantu

Pada lokasi tertentu, ada kalanya cameraman bisa memanfaatkan situasi yang ada. Seperti pada gambar lima misalnya, cameraman bisa memanfaatkan dinding untuk menyender. Punggung yang menempel di dinding sebagai kunci keseimbangan. Tehnik ini bukan berarti cameraman bisa dengan santai melakukan pengambilan gambar, ia tetap mesti berkonsentrasi atas segala subyek yang dia ambil gambarnya.

Seperti pada gambar ke enam, cameraman meletakan siku tangan di atas sebuah penahan. Ini benar-benar hanya bisa dilakukan jika kita menemukan tempat seperti itu. Posisi ini juga bisa dilakukan ketika ada meja yang bisa kita manfaatkan sebagai penahan. Di dalam mobil posisi juga bisa dilakukan, yakni dengan membuka kaca pintu samping mobil.

Mirip dengan posisi pengambilan gambar pada nomor lima, dengan menyenderkan salah satu sisi badan maka cameraman juga bisa melakukan pengambilan gambar. Pada gambar tujuh ini, cameraman memanfaatkan dinding sebagai penyangga badan. Tidak terlalu nyaman, namun kestabilan akan didapat karena sebagian beban ditumpukan pada dinding tersebut.

Ada kalanya, dengan posisi kaki yang sama rata dalam pijakan akan mudah pegal. Jadi jika ada step atau tangga, cameraman bisa menginjakan salah satu kaki ke tangga tersebut.

Penahan lain yang bisa digunakan oleh cameraman yaitu tiang. Ya, tiang apapun yang berdiameter tidak lebih besar dari tubuh kita bisa dijadikan alat bantu. Cameran seolah memeluk tiang tersebut dengan maksud untuk memindahkan beban sehingga diharapkan akan mendapat kestabilan ketika melakukan pengambilan gambar dengan waktu lebih lama.

Komposisi dan Stabilitas
Tehnik pengambilan gambar dengan menggunakan tangan sebagai penumpu tanpa bantuan alat khusus seperti triopod atau monopod memang harus dilatih. Utamanya bagaimana agar kita bisa senyaman mungkin dalam melakukan pengambilan gambar. Selain itu yang tak kalah penting yang mesti diperhatikan oleh cameraman ketika melakukan tehnik ini adalah menjaga agar gambar atau shot memiliki komposisi yang baik, yakni komposisi yang diinginkan oleh cameraman itu sendiri atau keinginan dari pengarah acara atau sutradara. Kunci lainnya yakni masalah stabilitas atau keseimbangan dalam melakukan pengambilan gambar. Dampak lain, pengambilan gambar dengan tehnik handheld ini yakni gambar akan terlihat dinamis. Misalnya untuk pengambilan gambar dengan subyek bergerak. Acara musik tertentu semisal konser musik rock akan tampak dinamis ketika beberapa kamera menggunakan tehnik ini, shaking namun komposisi tetap terjaga. Konsep ini dinamakan juga dengan crazy angle yakni sudut pengambilan yang ”tak lazim” yang akan menimbulkan kesan gambar yang lebih dinamis.

Pengertian Story Board


pembuatan aplikasi multimedia interaktif. Biasanya pembuatan Multimedia interaktif melibatkan beberapa orang dalam sebuah tim, setidaknya melibatkan dua orang pakar, seorang pakar yang mengerti konten materi pembelajaran dan seorang lagi seorang pakar dalam cooding program atau yang mengkompilasi materi pembelajaran menjadi suatu program aplikasi multimedia pembelajaran yang interaktif (MMI). Storyboard adalah serangkaian sketsa dibuat berbentuk persegi panjang yang menggambarkan suatu urutan (alur cerita) elemen-elemen yang diusulkan untuk aplikasi multimedia. Storyboard menggabungkan alat bantu narasi dan visual pada selembar kertas sehingga naskah dan visual menjadi terkoordinasi.

Dalam kata lain storyboard dapat diartikan sebagai alat perencanaan yang menggambarkan urutan kejadian berupa kumpulan gambar dalam sketsa sederhana.
Mengapa Perlu Storyboard. Storyboard berperan menjadi gambaran dasar dari sebuah produk yang akan kita bangun berikutnya, ini merupakan cetak biru atau algoritma dari apa yang akan kita bangun. Pada awalnya storyboard merupakan kumpulan dari kertas gambar yang berisi rangkaian-rangkaian kejadian dalam sebuah produksi film, termasuk film animasi. Hal ini akan menjadi kerangka dasar bagi sutradara atau pembuat scenario tentang bagaimana sebuah film seharusnya berjalan.
Begitu pula halnya dengan Jadi diharapkan dengan sebuah format storyboard yang dibangun bisa dibaca dengan mudah baik oleh sang pembuat ataupun oleh orang-orang yang terlibat dalam pembuatan produk tersebut dan mengerti urutan kejadian yang dimaksudkan oleh storyboard tersebut.

Secara lebih rinci storyboard dalam pembuatan multimedia interaktif diperlukan agar dapat:
  1. Memahami alur gambar/cerita yang dibuat secara sistematis sehingga kecil kemungkinan ada bagian penting yang terlewatkan.
  2. Tidak lupa dengan alur gambar/cerita yang sudah kita rencanakan (sebagai pedoman atau pengingat) pada saat pengambilan gambar atau video maupun editing gambar atau video yang telah diambil.
  3. Mudah membaca isi cerita secara visual.
  4. Dapat memilih rekaman yang akan diambil sesuai kebutuhan sehingga tidak akan terjadi pemborosan bahan baku shooting (kaset) Sehingga video/animasi yang dihasilkan sesuai dengan harapan dan keinginan kita.


Pada umumnya penulisan storyboard dan storyline sering menjadi satu kesatuan yang saling mendukung terdiri dari beberapa adegan yang tersusun dan didalamnya terdapat :
  • Bentuk adegan/potongan-potongan gambar sketsa
  • Bentuk (alur cerita) untuk memperjelas gambar sketsa
  • Bentuk dramatisasi (adegan yang berisi tentang adegan karakter tertentu)

contoh story board : 







TEKNIK PENGAMBILAN GAMBAR (SHOT)


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDHA42OtwmXk4ziHmNb4SIw0CQbPndQZ3X7h4ETO79o_q6uyPjHYPfIkYvGFlicHIe_oSQvL72DVEtf4YI6YB_G9R7wFN_Sz4HZeGQhpA13pvGcZzXvF5PgpMPuH5ofX_oV4i0RPTe3KI/s1600/Shoting_Nothing_by_wogyac.jpgTEKNIK PENGAMBILAN GAMBAR (SHOT)


SUDUT PANDANG PENGAMBILAN GAMBAR (CAMERA ANGLE)


Camera Angle adalah suatu sudut pandang dalam mengambil gambar suatu objek, pemandangan, maupun sebuah adegan. Dengan sudut tertentu kita dapat menghasilkan suatu shot yang menarik, dengan perspektif yang unik dan menciptakan kesan tertentu pada gambar yang disajikan.
Sudut Pandang Pengambilan Gambar dibagi menjadi 6, yaitu :

* Normal Angle : Kamera ditempatkan setinggi mata objek. Normal angle tergantung pada ketinggian suatu objek tersebut.

* High Camera Angle : Posisi kamera berada lebih tinggi dari mati objek sehingga kamera harus menunduk untukmengambil gambarnya. Sudut pandang ini sangat berguna untuk mempertunjukkan keseluruhan set beserta seluruh objeknya.

* Low Camera Angle : Posisi kamera berada di bawah ketinggian mata sehingga kamera harus mendongak untuk melakukan shot.

* Bird Eye View : Pengambilan gambar objek dari atas

* Subjective Camera Angle : Posisi kamera diletakkan di tempat seorang karakter yang tidak nampak dalam layer dan mempertunjukkan pada penonton suatu pandangan dari sudut pandang karakter.

* Objective Camera Angle : Melakukan shot seperti apa adanya (Asli)

SUDUT PANDANG / FRAMING


Dalam merekam gambar perlu penentuan sudut pandang/framing agar objek yang disajikan hasilnya lebih baih dan indah. Bidang pandangan/framing adalah suatu langkah pengambilan gambar yang harus menentukan luas bidang pandangan untuk suatu objek utama dan objek lainnya dalam hubungannya dengan latar belakang.
Macam-macam framing yaitu :

* ELS (Extreme Long Shot) : Shot dari jarak sangat jauh dan menyajikan bidang yang sangat luas, kamera mengambil objek secara menyeluruh. Objek utama terlihat sangat kecil dan latar belakang terlihat sangat dominan.

* LS (Long Shot) : Shot yang juga sangat jauh, bidang yang diambil lebih dekat daripada ELS, namun tetap objek utama masih terlihat terlalu kecil dibandingkat latar keseluruhan.

* MLS (Medium Long Shot) : Lebih dekat daripada ELS dan LS. Manusia biasanya ditampakkan dari atas pinggang sampai atas kepala dalam shot ini. Latar belakang dan objek utama pun juga nampak sebanding.

* MCU (Medium Close Up) : Shot sangat dekat, objek diperlihatkan dari bagian dada hingga atas kepala. MCU ini paling sering digunakan dalam dunia perfilman

* CU (Close Up) : Shot teramat dekat. Objek menjadi titik perhatian utama dalam shot ini dan latar belakang terlihat kurang dominan. Manusia biasanya ditampilkan pada bagian bahu hingga atas kepala.

* BCU (Big Close Up) : Shot yang menampilkan bagian tertentu dari tubuh manusia. Objek mengisi layar secara menyeluruh dan sangat terlihat detilnya.

* ECU (Extreme Close Up) : Shot yang menampilkan bagian tertentu objek dengan sangat detil memenuhi layar.

Sabtu, 08 Desember 2012

TEKNIK PENGAMBILAN GAMBAR



1. PAN: Gerakan ke kiri atau ke kanan pada poros Horizontalnya..
2. TILT: Gerakan kamera dengan poros Vertikal, ke atas dan ke bawah..
3. TRACK IN, TRACK OUT: Gerakan kamera mendekati atau menjauhi..
4. FOLLOW THROUGH: Gerakan kamera yang di lakukan dengan mengikuti object..
5. ZOOM: Gerakan kamera yang menggunakan fasilitas dalam kamera yang membuat object Long Shot menjadi Close Up (Zoom In), Atau membuat objek Close Up menjadi Long Shot (Zoom Out)..


1. EYE LEVEL: Kamera di letakkan sejajar dengan mata object..
2. HIGH ANGEL: Kamera di letakkan lebih tinggi dari objectnya..
3. LOW ANGEL: Kamera di letakkan lebih rendah dari objectnya..


1. LONG SHOT: Object terlihat secara keseluruhan pada lingkar rekam video..
2. MEDIUM LONG (FULL SHOT): Tepi bawah bingkai rekam video memotong bagian bawah object..
3. MEDIUM SHOT (HALF TOTAL): Tepi bawah bingkai rekam video memotong object pada bagian bawah tungkai atas kaki..
4. MEDIUM CLOSE UP SHOT: Shot yang menampilkan sebatas dada sampai kepala..
5. CLOSE UP SHOT: Tepi bawah bingkai rekam video memotong pada bagian bahu sampai atas kepala..